Kamis, 09 Juni 2011

Karya Ilmiah Bahasa Jawa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan nasional pada dasarnya mengacu pada kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal. Kurikulum nasional adalah kurikulum yang berlaku secara nasional yang ditetapkan oleh Mendikbud atau pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen berdasarkan pelimpahan wewenang dari Mendikbud. Contoh mata pelajaran yang diajarkan dengan menggunakan kurikulum nasional adalah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan, Pendidikan Seni. Adapun kurikulum muatan lokal adalah kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan. Misalnya di daerah Jawa Tengah mata pelajaran yang diajarkan dengan menggunakan kurikulum muatan lokal adalah mata pelajaran bahasa Jawa.
Dalam mata pelajaran bahasa Jawa, kurikulum berarti seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran bahasa Jawa serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar bahasa Jawa. Kurikulum perlu disempurnakan agar mutu pendidikan secara nasional dapat meningkat. Diversivikasi kurikulum ini merupakan tuntutan desentralisasi pendidikan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 (Pasal 4) tentang Pemerintah Daerah yang menegaskan adanya kewenangan provinsi, kabupaten, dan kota untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Pada kompetensi dasar membaca, mata pelajaran bahasa Jawa berbeda dengan mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam mata pelajaran bahasa Jawa siswa harus menguasai dua keterampilan sekaligus yaitu membaca bacaan berbahasa Jawa dengan huruf latin dan membaca bacaan berbahasa Jawa dengan huruf Jawa. Agar dapat terampil membaca bacaan berbahasa Jawa dengan huruf Jawa, siswa harus memahami bahasa Jawa dan mengenal huruf Jawa.
SMP…………….. adalah salah satu dari  SMP di kota …………….yang telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk masing-masing mata pelajaran, termasuk di dalamnya mata pelajaran bahasa Jawa. Berdasarkan pengamatan peneliti pada siswa kelas VIII SMP, pelaksanaan KTSP khususnya pada kompetensi dasar membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa keberhasilannya baru 60%.
Kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas ..................SMP ................... masih sangat kurang maksimal dibandingkan dengan kelas VIII yang lainnya. Tingkat pemahaman bacaan hanya sebesar 50%. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan. Kesulitan membaca bacaan berhuruf Jawa sering memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan adanya gerakan-gerakan yang penuh ketegangan seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir. Siswa-siswa kelas ini juga sering memperlihatkan adanya perasaan tidak aman yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, mengeluh, atau mencoba melawan guru.
Dalam kegiatan belajar mengajar, latihan-latihan sangat penting artinya. Betapa banyak orang mempelajari beberapa keterampilan baru, tetapi sangat sedikit mendapatkan latihan, atau tidak mendapatkan latihan sama sekali. Agar pekerjaan guru dapat berhasil perlu banyak memberikan latihan-latihan kepada para siswa untuk keterampilan-keterampilan yang diajarkan, termasuk di dalamnya keterampilan atau kemampuan membaca. Salah satu bentuk latihan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca khususnya membaca bacaan berhuruf Jawa adalah latihan berjenjang.
Dengan pembelajaran latihan berjenjang diharapkan dapat memperkuat keterampilan atau kemampuan membaca, dengan kata lain dapat membuahkan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa pada siswa kelas ..................SMP .................., karena teknik pembelajaran latihan berjenjang ini dimulai dari yang mudah lalu meningkat ke yang sukar sehingga siswa mulai dari pemikiran yang sederhana terlebih dahulu.
1.2  Identifikasi Masalah
Dalam membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa, masalah yang sering ditemukan yaitu: a) siswa kurang mengenal huruf Jawa, pasangan, sandhangan, angka, aksara murda, dan sebagainya; b) metode yang digunakan oleh guru belum tepat sehingga kurang mengena bagi siswa; c) belum tersedianya media pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mengajar; d) bahasa Jawa dianggap sebagai pelajaran yang sulit tetapi sebagian besar siswa menyepelekannya.
Salah satu kompetensi dasar membaca sesuai dengan KTSP adalah membaca dan memahami bacaan sederhana berhuruf Jawa kurang lebih 10 kalimat (2 alinea). Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, maka keterampilan yang diharapkan adalah keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik pembelajaran latihan berjenjang. Dengan teknik pembelajaran tersebut diharapkan siswa kelas ..................SMP .................. mampu meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa.
1.3  Pembatasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik pembelajaran latihan berjenjang pada siswa kelas VIIIG SMP ................... Peneliti membatasi permasalahan karena peneliti berfokus pada peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dan teknik pembelajaran latihan berjenjang.
Agar keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa meningkat, peneliti menggunakan teknik pembelajaran latihan berjenjang.
1.4  Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas ..................SMP .................. setelah mengikuti pembelajaran melalui teknik  latihan berjenjang  ?
2.      Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas ..................SMP .................. setelah mengikuti pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang?
1.5  Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.         Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas ..................SMP .................. setelah mengikuti pembelajaran melalui teknik latihan berjenjang.
2.         Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas ..................SMP .................. terhadap pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa setelah mengikuti pembelajaran melalui teknik latihan berjenjang.
1.6  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.      Manfaat teoretis
Manfaat teoretis penelitian ini adalah: a) menambah khasanah pengembangan pengetahuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, dan b) mengembangkan teori pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang.
2.      Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, khususnya bagi siswa dan guru. Bagi siswa, dengan mengikuti pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa  melalui  teknik latihan berjenjang, siswa dapat belajar lebih baik  dan meningkat kemampuannya serta berubah tingkah lakunya. Bagi guru, dapat menambah pengetahuan mengenai teknik pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa.


BAB II
 LANDASAN TEORETIS

A.          Keterampilan Membaca
Membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Menurut Wiryodijoyo (1989:1) membaca adalah pengucapan  kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan ini melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai keterampilan yang kompleks. Termasuk di dalamnya pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan informasi ( bagi pembaca).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa membaca adalah melihat serta memahami apa yang tertulis dengan melisankan atau dalam hati. Membaca dapat diartikan pula sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri maupun orang lain (Depdikbud dalam Mardiyati:2003).
Tujuan membaca dianggap juga sebagai modal dalam membaca. Bahkan menurut hasil penelitian, hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Inilah yang mendorong para ahli menyepakati bahwa tujuan membaca merupakan modal utama membaca (Nurhadi 1987:134).
Wiryodijoyo (1989:56-57) berpendapat bahwa tujuan membaca dipengaruhi oleh bahan bacaan yaitu sebagai berikut, (1) membaca untuk kesenangan dengan materi bacaan : roman, novel, cerpen, komik, dan sebagainya, (2) membaca untuk penerapan praktis dengan materi bacaan : buku-buku petunjuk teknis, buku resep masakan, modul keterampilan, dan sebagainya, (3) membaca untuk mencari informasi khusus dengan bahan bacaan : buku petunjuk telepon, ensiklopedi, kamus, dan sebagainya, (4) membaca untuk mendapatkan gambaran umum dengan materi bacaan : buku-buku teori, buku-buku teks, essei, jurnal, dan sebagainya, dan (5) membaca untuk mengevaluasi secara kritis dengan bahan bacaan :  roman, novel, puisi, dan sebagainya.
Selain dipengaruhi oleh bahan bacaan, tujuan membaca menurut Wiryodijoyo (1989:57-58)  juga dipengaruhi oleh teknik membacanya, yaitu (1) membaca untuk menangkap butir-butir yang  penting dan organisasi keseluruhan sebuah tulisan melalui  teknik membaca survei, (2) membaca untuk mengetahui isi meteri bahan bacaan dengan cepat melalui teknik membaca cepat, (3) membaca untuk memperkuat pemahaman dan membaca pikiran dengan menambah kecepatan baca melalui teknik membaca frasa, (4) membaca untuk mengerti dengan jelas untuk mengingat informasi dan menggunakannya melalui teknik membaca teliti, (5) membaca untuk mengembangkan kemampuan konsentrasi dan arti yang lebih dalam melalui teknik menyelidiki, (6) membaca untuk mencari keputusan (judgment) dan keterlibatan yang lebih dalam dengan analisis bunyi melalui teknik membaca kritis, dan (7) membaca untuk memperluas kesadaran dan penikmatan sastra melalui teknik membaca indah.
Kegiatan membaca yang kedua yaitu membaca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran jabaran, sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan padat) tentang isi buku tercapai. Secara garis besar tujuan membaca itu luas sifatnya karena setiap situasi membaca mempunyai tujuan tersendiri yang bersifat spesifik.
Proses membaca menurut Buzan (dalam Hernowo 2005:19-24) ada tujuh tahapan, yaitu (1) pengenalan atas simbol-simbol buku, (2) peleburan  antara apa yang disampaikan oleh buku dengan apa yang kita miliki, (3) intra-integrasi atau proses menghubung-hubungkan antara materi yang satu dengan materi yang lain (4) ekstra-integrasi atau pengambilan keputusan apakah mau menerima atau menolak berkaitan dengan apa yang disampaikan buku kepada kita melalui analisis, apresiasi, dan seleksi atau kritik, (5) penyimpanan hasil yang kita peroleh dari sebuah buku, (6) pengingatan apa-apa yang kita baca sehingga dapat digunakan lagi suatu saat, dan (7) pengomunikasian hasil yang kita baca dengan orang lain.
Jenis-jenis membaca adalah sebagai berikut:
1.      Membaca nyaring atau bersuara
Membaca nyaring merupakan suatu keterampilan yang serba rumit, kompleks, banyak seluk beluknya. Pertama menuntut pengertian terhadap aksara di atas halaman kertas dan sebagainya, dan kemudian memproduksikan suara yang tepat dan bermakna.
2.      Membaca dalam hati
Membaca dalam hati adalah jenis membaca yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh informasi. Kegiatan membaca dalam hati dibedakan   menjadi:
a.       Membaca ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tujuannya untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat dan dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana.
b.      Membaca intensif
Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek, kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.
Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, menurut Sukarman 1992 dalam Kholis (2002:12-13) terdiri dari berbagai aspek, antara lain aspek situasi, bahana bacaan, kesehatan, dan keluasan wawasan si pembaca. Situasi sekitar pembaca sangat berpengaruh terhadap kegiatan membaca pemahaman seseorang. Sebagai kegiatan represif yang mencoba menelaah isi suatu wacana, kegiatan membaca pemahaman memerlukan situasi yang tenang. Dalam keadaan yang tenang itulah si pembaca dapat mengenal setiap lambang bunyi yang dibacanya. Selanjutnya, lambang-lambang tersebut akan diberi  makna dalam proses pemaknaan atau rekonstruksi lambang menjadi bunyi bermakna.
B.           Teknik Pembelajaran Latihan Berjenjang
Kegiatan membaca memerlukan pemusatan perhatian, kecepatan, dan ketepatan. Oleh karena itu, membaca dilakukan secara sadar dan berkemauan. Dalam psikologi asosiasi belajar adalah pembentukan hubungan stimulus respons sebanyak-banyaknya. Siswa yang menguasai stimulus respons dari bahan yang diajarkan di sekolah adalah siswa yang pandai atau berhasil dalam belajar. Pembentukan stimulus dapat dibentuk melalui latihan-latihan.
David (dalam Fatmawati 2005:34) mengajukan jenis latihan yang ringan yaitu “Latihan Berjenjang”, suatu latihan yang terkontrol bagi siswa, diperkenalkan dengan latihan yang bersifat komprehensif pada awalnya dan sampai pada akhirnya pada latihan yang bersifat aplikatif. Latihan berjenjang ini menekankan pada pemberian latihan yang aktif dan sederhana. Maksudnya menjadikan belajar bahasa itu bukan sebagai beban mental tetapi lebih merupakan sebagai pengulangan dan peniruan yang relatif ringan dan sering. Sering dalam hal latihan berjenjang ini maksudnya adalah teratur dan bertahap.
·         Kelebihan Teknik Pembelajaran Latihan Berjenjang
Kelebihan teknik pembelajaran latihan berjenjang untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa adalah sebagai berikut.
1.      Siswa mampu membaca bacaan berhuruf Jawa secara berkesinambungan.
2.      Siswa mempunyai harga diri yang lebih bila mampu membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa.
3.      Penciptaan suasana lebih santai karena tidak ada penekanan.
4.      Kegiatan siswa di dalam kelas lebih dominan. Para siswa sibuk berpikir, bernalar, dan bekerja sehingga kelas terlihat tertib dan tenang.
5.      Keberhasilan tiap individu dapat dipantau sedini mungkin, sehingga langsung dapat diperbaiki.
6.      Siswa tidak merasa jenuh atau bosan dengan latihan yang berkesinambungan atau bertahap.
·         Kelemahan Teknik Pembelajaran Latihan Berjenjang
             Kelemahan pada teknik pembelajaran latihan berjenjang hampir tidak ada. Ada kemungkinan timbul dalam jiwa para siswa bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal membutuhkan waktu yang relatif lama.
C.          Kerangka Berpikir
Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa yang tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.
Pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan teknik latihan berjenjang bertujuan agar siswa memiliki keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang dapat meningkatkan kemampuan membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa, karena teknik latihan berjenjang ini dimulai dari hal yang mudah lalu meningkat ke yang sukar. Jadi, pemikiran siswa  dimulai dari yang sederhana terlebih dahulu. Dari pemikiran yang sederhana ini siswa mulai tertarik membaca dan selanjutnya dilatih terus sehingga kemampuan membacanya dapat meningkat.
D.          Hipotesis Tindakan
Dengan digunakannya teknik pembelajaran latihan berjenjang, diharapkan keterampilan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dapat meningkat.



BAB III

METODE PENELITIAN


3.1    Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang berbasis kelas, maka masalah-masalah yang diteliti dalam PTK adalah masalah-masalah yang muncul di kelas. PTK juga mengupayakan perbaikan kondisi pembelajaran dan menyelesaikan bermacam-macam permasalahan yang muncul di kelas. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, PTK dilaksanakan dalam proses pengkajian berdaur. Proses pengkajian ini terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap atau siklus dalam sebuah penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut.

 





Bagan I siklus PTK
Keterangan:
OBA    : Observasi Awal                   O      : Observasi
P          : Perencanaan                        R       : Refleksi
T          : Tindakan                             RP    : Revisi Perencanaan
3.1.1        Prosedur Tindakan pada Siklus I
 Prosedur tindakan pada siklus I dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
3.1.1.1  Perencanaan
Tahap perencanaan dalam penelitian ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah dan sebagai upaya memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa selama ini. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah (1) menyusun rencana pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang, (2) membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar jurnal, dan pedoman wawancara untuk memperoleh data nontes, (3) menyiapkan teks atau bacaan berhuruf Jawa dan menyusun sepuluh soal jawaban singkat untuk menguji tingkat pemahaman siswa, dan (4) berkolaborasi dengan guru bahasa Jawa sekolah yang bersangkutan.
Dalam siklus I ini indikator  pencapaian  yang  akan dicapai adalah sebesar 65%. Setelah  mencapai indikator pencapaian tersebut maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.
3.1.1.2  Tindakan
Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar adalah melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang. Pada pertemuan pertama guru dan siswa bertanya jawab seputar perangkat huruf Jawa, mengenai aksara Jawa, bentuk-bentuk pasangan, fungsi sandhangan, bentuk-bentuk angka Jawa, jenis-jenis pada, fungsi aksara murda, jenis-jenis aksara swara, dan fungsi aksara rekan. Setelah kegiatan tanya jawab seputar perangkat huruf Jawa selesai, siswa kemudian menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan perangkat huruf Jawa sebagai berikut:
a.       aksara Jawa mulai dari a(ha) sampaiz (nga),
b.      pasangan yang terletak di atas yaitu ha, sa, pa ,
c.       sandhangan wyanjan  yang terdiri dari cakra, cakra keret, pengkal
d.      angka Jawa 5  dan 6,
e.       pada, yang terdiri dari ?(pada adeg-adeg), ,(pada lingsa), .(pada lungsi), dan ;(pada pangkat),
f.       aksara murda sa dan pa,
g.      aksara swara E, dan O
h.      aksara rekan Dza.
Setelah dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan beberapa perangkat huruf Jawa tersebut, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa tadi. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan.
           Pada pertemuan kedua guru memberikan apersepsi pentingnya kemampuan membaca bagi siswa, khususnya membaca huruf Jawa. Setelah itu siswa menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan:
a. pasangan yang berbentuk huruf utuh, yaitu R(ra), Y(ya), G(ga), nga
b. sandhangan panyigeg yang terdiri dari layar, cecak, wignya, pangkon
c. angka 3(3) dan 4(4),
d. aksara murda# (Ta) dan $(Sa),
e. aksara swara I(I), dan
f. aksara rekan p+(f/v).
Setelah siswa dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan perangkat huruf Jawa tadi, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari sebelumnya ditambah dengan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari pada pertemuan pertama.
3.1.1.3  Observasi atau Pengamatan
Tahap observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data perilaku dan sikap siswa yaitu dengan mengamati dan mencatat kegiatan yang dilakukan siswa selama penelitian berlangsung. Agar hasil penelitian bisa objektif, dalam pelaksanaannya pengamatan juga dibantu oleh guru bahasa Jawa sekolah yang bersangkutan. Pengamat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pembelajaran. Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku dan sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
3.1.1.4  Refleksi atau Evaluasi
Setelah pelaksanaan tindakan, maka hasil observasi, hasil jurnal, dan hasil wawancara kemudian dianalisis.
Berdasarkan analisis tersebut, maka dilakukan refleksi yang meliputi (1) pengungkapan hasil pengamatan mengenai kelebihan dan kekurangan teknik latihan berjenjang yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, (2) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar, dan (3) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang direfleksi tersebut didiskusikan dengan guru bahasa Jawa yang bersangkutan. Refleksi digunakan untuk mengubah srategi pembelajaran pada siklus II.
3.1.1.5  Prosedur Tindakan pada Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilaksanakan. Langkah-langkah kegiatan siklus II pada dasarnya sama dengan langkah-langkah siklus I. Perbedaannya terletak pada sasaran kegiatan untuk melakukan perbaikan tindakan siklus sebelumnya. Langkah-langkah siklus II sebagai berikut.
3.1.1.6  Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: (1) menyusun perbaikan rencana pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang, (2) menyusun perbaikan instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar jurnal, dan pedoman wawancara, dan (3) menyusun perbaikan rancangan evaluasi.
Pada siklus II ini terdiri dari dua pertemuan. Setelah dapat membaca bacaan berhuruf Jawa yang tingkat kesulitannya tergolong mudah dan sedang, maka pada pertemuan pertama siklus II ini disajikan bacaan berhuruf Jawa yang tingkat kesulitannya tergolong cukup sulit. Setelah dapat membaca bacaan yang tingkat kesulitannya tergolong cukup sulit tadi, maka pada pertemuan kedua disajikan bacaan berhuruf Jawa yang tingkat kesulitannya tergolong sulit. Dalam siklus II ini indikator pencapaian yang akan dicapai adalah 70%. Setelah mencapai indikator pencapaian tersebut, maka penelitian tidak dilanjutkan.
3.1.1.7  Tindakan
Kegiatan tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi perbaikan-perbaikan yang didasarkan pada tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II ini secara garis besar adalah melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang.
Pada pertemuan pertama guru dan siswa bertanya jawab mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf  Jawa. Setelah itu siswa menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan:
a. pasangan dengan bentuk tersendiri yaitu...C..(ca),F..(da),…J.. (ja),…M.. (ma), dan …B..(ba),
b. sandhangan panyigeging wanda yang terdiri dari h(wignyan), / (layar), dan =(cecak),
c. angka 5(5), 6(6), dan 7(7),
d. aksara murda% (Pa) dan ^(Nya),
e. aksara swara E(E), dan
f. aksara rekan f+(dz).
           Setelah dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan beberapa perangkat huruf Jawa tersebut, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari sebelumnya ditambah dengan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari pada siklus I. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan.
Pada pertemuan kedua guru dan siswa bertanya jawab mengenai kegunaan huruf Jawa dan manfaat yang diperoleh apabila mampu membaca huruf Jawa. Setelah itu siswa menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan:
            a. pasangan yang berbentuk tersendiri, yaitu …W..(wa),N.. (na), dan... V(nya),
            b. penanda bunyi x(re) dan X(le),
            c. angka 8(8), 9(9), dan 10 (10),
            d. aksara murda& (Ga) dan *(Ba),
            e. aksara swara O(O) dan U(U), dan
            f. aksara rekan j+(z) dan g+(gh).
            Setelah dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan perangkat huruf Jawa tersebut, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari sebelumnya ditambah dengan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari pada pertemuan pertama dan seluruh pertemuan pada siklus I. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan.
3.1.1.8  Observasi atau pengamatan
Sasaran observasi atau pengamatan dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan siswa selama penelitian berlangsung. Agar hasilnya bisa objektif, dalam pelaksanaannya observasi ini dibantu oleh guru bahasa Jawa yang bersangkutan. Kegiatan observasi atau pengamatan ini dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan secara cermat sehingga dihasilkan beberapa temuan. Aspek-aspek yang dinilai dalam pengamatan yaitu (1) perubahan perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang menjadi lebih baik atau justru berkurang, (2) kesungguhan siswa memperhatikan penjelasan guru, serta pada saat siswa membaca bacaan berhuruf Jawa mengalami perubahan lebih baik atau tidak, dan (3) perubahan motivasi untuk membaca bacaan berhuruf Jawa.
3.1.1.9  Refleksi
Pada akhir kegiatan siklus II, hasil observasi, jurnal, dan wawancara kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dilakukan refleksi yang meliputi: (1) pengungkapan hasil pengamatan mengenai kelebihan dan kekurangan teknik latihan berjenjang yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, (2) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dan (3) pengungkapan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang direfleksi tersebut didiskusikan dengan guru bahasa Jawa yang bersangkutan.
3.2    Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas ..................SMP ................... Kelas ini adalah salah satu dari tujuh kelas yang ada yaitu kelas ………………….. Siswa kelas ..................berjumlah 44 siswa, terdiri dari 22 siswa dan 22 siswi. Dipilihnya kelas ..................dengan alasan:
            (1). Berdasarkan pengamatan, kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas ..................masih kurang maksimal dibandingkan dengan kelas VIII yang lainnya.
            (2). Keadaan kelas sering pasif, sebab guru menerangkan teori-teori mengenai huruf Jawa dengan metode ceramah, sementara itu siswa sekadar mendengarkan guru.
            (3). Siswa kelas ..................yang kesulitan membaca bacaan berhuruf Jawa sering memperlihatkan kebiasaan yang tidak wajar. Misalnya ketika sedang membaca, para siswa yang mengalami kesulitan membaca bacaan berhuruf Jawa ini biasanya meletakkan buku dengan cara yang aneh, jarak mata yang terlalu dekat, dan sebagainya.
            (4). Upaya khusus untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas ..................dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa belum banyak dilakukan oleh guru. Hal ini dapat diketahui dari tidak adanya upaya guru untuk mengubah metode mengajarnya. Para guru masih tetap mengajar dengan metode ceramah dalam pembelajaran membaca bacaan berhuruf Jawa.
3.3    Variabel
Variabel dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu variabel input-output dan variabel proses.
3.3.1 Variabel input-output
            Variabel input-output pada penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, yaitu keterampilan membaca bacaan berbahasa Jawa yang disajikan dengan tulisan atau aksara Jawa dengan tujuan untuk memahami isi bacaan yang dibaca. Kondisi awal keterampilan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa cenderung rendah sehingga dapat berubah ke arah yang lebih baik setelah mengikuti pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang. Target keterampilan yang diharapkan adalah siswa terampil membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa sesuai aspek penilaian, yaitu: (1) pemahaman isi bacaan, dan (2) menceritakan kembali isi bacaan.
3.3.2 Variabel proses
Variabel proses dalam penelitian ini adalah teknik pembelajaran latihan berjenjang yang merupakan cara atau tindakan yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa terutama dalam hal membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Dalam hal ini teknik latihan berjenjang merupakan suatu teknik yang berisi pemberian latihan secara terkontrol bagi siswa. Latihan berjenjang ini pada awalnya bersifat komprehensif dan pada akhirnya bersifat aplikatif. Satu hal yang ditekankan di sini bahwa latihan diberikan secara aktif, namun bersifat sederhana. Teknik ini diharapkan mampu mengubah kondisi awal siswa dari yang tidak terampil membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa menjadi terampil.
Kesulitan siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa adalah karena siswa kurang mengenal huruf Jawa. Oleh karena itu, keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa khususnya pada siswa kelas ..................SMP .................. perlu ditingkatkan dengan teknik latihan berjenjang.
3.4    Instrumen
Instrumen  penelitian ini menggunakan tes dan nontes sebagai berikut.
(1) Tes
Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes tertulis ini dibuat berdasarkan aspek penilaian membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa yang meliputi: (1) pemahaman isi bacaan, dan (2) menceritakan kembali isi bacaan. Aspek–aspek ini seperti dalam tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Tabel Skor penilaian membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa
No.
Aspek Penilaian
Skor Maksimal
1.
2.
Pemahaman isi bacaan
Menceritakan kembali isi bacaan
50
50

Jumlah
100
Cara pengukuran aspek-aspek tersebut dengan tes tertulis. Aspek yang dinilai dengan rentang skor dan kategori penilaian dapat diketahui pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Kriteria Penilaian Membaca Pemahaman
No.
Aspek Penilaian
Rentang
skor
Kategori
Patokan
1.
















2.










Pemahaman isi bacaan
a.       Dari 10 pertanyaan semua dapat dijawab dengan benar
b.      Dari 10 pertanyaan hampir semua dapat dijawab dengan benar
c.       Dari 10 pertanyaan hanya setengahnya dapat dijawab dengan benar
d.      Dari 10 pertanyaan hanya beberapa saja dapat dijawab dengan benar
Menceritakan kembali isi bacaan
a.       Secara utuh dan benar
b.      Hampir secara utuh dan benar
c.       Setengah bacaan dan benar

d.      Sedikit dari isi bacaan dan benar


37-50


25-36



13-24



0-12



37-50



25-36

13-24


0-12

                         


Sangat baik

Baik



Cukup



Kurang



Sangat baik


Baik

Cukup


Kurang




Dapat memahami seluruh isi bacaan

Dapat memahami hampir seluruh isi bacaan

Dapat memahami isi bacaan tetapi hanya setengah

Dapat memahami isi bacaan tetapi hanya sedikit

Bisa menceritakan isi bacaan secara utuh dan benar

Bisa menceritakan isi bacaan hampir secara utuh dan benar
Hanya bisa menceritakan setengah isi bacaan dan benar
Hanya bisa menceritakan sedikit dari isi bacaan dan benar
 Tes tertulis diwujudkan dalam bentuk pertanyaan yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan satu soal essay atau uraian. Soal pilihan ganda berupa soal-soal pemahaman isi bacaan, sedangkan untuk soal essay atau uraian berupa kemampuan siswa menulis kembali isi bacaan. Setiap satu soal pilihan ganda mempunyai bobot 5 jika jawaban benar dan 0 jika jawaban salah. Jadi jika seluruh soal pilihan ganda dijawab dengan benar, maka bobotnya adalah 50. Sedangkan untuk soal essay atau uraian mempunyai bobot 50. Nilai untuk soal essay atau uraian ini berdasarkan rentang, kategori, dan keterangan seperti dalam tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Tabel Skor Penilaian soal essay atau uraian
 No
 Rentang Skor
 Kategori
                         Keterangan
1.

2.

3.

4.
37-50
  
25-36

13-24

0-12
Sangat Baik
    
Baik

Cukup

Kurang
Bisa menceritakan isi bacaan secara utuh dan benar
Bisa menceritakan isi bacaan hampir secara utuh dan benar
Bisa menceritakan isi bacaan tetapi hanya setengah isi bacaan dan benar
Bisa menceritakan isi bacaan tetapi hanya sedikit isi bacaan dan benar      
Nilai keseluruhan dari tes tertulis ini adalah jumlah skor soal pilihan ganda ditambah dengan jumlah skor soal essay atau uraian. Setelah itu diketahui tingkat pemahaman isi bacaan. Kriteria tingkat pemahaman isi bacaan seperti dalam tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Kriteria tingkat pemahaman isi bacaan
No
Rentang Nilai
Kategori
1
2
3
4
76-100
51-75
26-50
0-25
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
(2) Nontes
Data nontes digunakan untuk mendeskripsikan sikap dan perilaku siswa sesudah dan sebelum diberikan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Alat pengumpul data nontes ada tiga macam yaitu lembar observasi, lembar jurnal, dan pedoman wawancara.
            (1) Lembar Observasi
Lembar observasi atau pengamatan digunakan untuk mengamati siswa pada waktu mengikuti kegiatan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang. Melalui pengamatan akan diketahui perilaku siswa ketika mengikuti pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut siswa akan diamati apakah siswa bersikap baik terhadap pembelajaran ataukah bersikap negatif terhadap pembelajaran.
            (2) Lembar Jurnal
Lembar jurnal adalah catatan harian yang dimiliki oleh guru dan siswa selama penelitian berlangsung. Lembar jurnal yang dimiliki oleh guru digunakan untuk mencatat semua kejadian yang menonjol pada waktu proses pembelajaran. Lembar jurnal yang dimiliki siswa digunakan untuk mencatat pesan dan kesan tentang pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang. Lembar jurnal dibagikan setiap akhir kegiatan belajar mengajar.
            (3) Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengambil data mengenai perubahan perilaku siswa melalui tanya jawab secara langsung dan terpimpin. Kegiatan wawancara dalam hal ini hanya mengambil sampel dari beberapa siswa yang bereaksi secara negatif terhadap pembelajaran membaca bacaan berhuruf Jawa, siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa, dan siswa yang secara grafik menunjukkan adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa baik itu pada siklus I maupun siklus II. Kegiatan wawancara meliputi beberapa aspek yaitu: (1) tanggapan siswa terhadap pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, (2) kesulitan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa bagi siswa yang mendapat nilai terendah, (3) hal-hal yang memotivasi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa bagi siswa yang mendapat nilai tertinggi, (4) pendapat siswa mengenai teknik latihan berjenjang dalam pembelajaran membaca pemahamn bacaan berhuruf Jawa, dan (5) perasaan siswa setelah mendapatkan nilai baik yang tertinggi maupun yang terendah.

3.5    Uji Instrumen

Uji validitas terhadap instrumen dilakukan dengan validitas permukaan yaitu dengan konsultasi kepada pembimbing. Setelah dikonsultasikan maka diadakan perbaikan-perbaikan, kemudian dibaca oleh pembimbing dan setelah itu diperoleh kesepakatan bahwa instrumen yang  ditentukan telah valid.
3.6    Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data ada dua macam, yaitu teknik tes dan nontes.
3.6.1        Teknik Tes
Data dalam penelitian diperoleh dengan mengadakan tes setelah pembelajaran berakhir. Tes dilakukan sebanyak lima kali, yaitu pretes, siklus I, dan siklus II. Pada siklus I, terdiri dari dua kali tes, yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua, dan pada siklus II juga dilakukan dua kali tes, yaitu pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Tes pada masing-masing siklus berupa tes tertulis. Tes tertulis terdiri dari kemampuan siswa memahami isi bacaan dan kemampuan siswa menceritakan kembali isi bacaan. Langkah-langkah pelaksanaan tes, yaitu (1) menyiapkan bahan tes yang berupa bacaan berhuruf Jawa, (2) melaksanakan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, dan (3) memberikan penilaian berdasarkan aspek yang telah ditentukan dan kriteria skor yang telah ditetapkan.
Setelah pretes dilaksanakan, maka hasilnya dianalisis. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui kelemahan-kelemahan siswa. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada pretes maka diberikan suatu pembelajaran dengan teknik latihan berjenjang sebagai modal untuk menghadapi tes pada siklus I dan siklus II. Hasil tes pada siklus I dianalisis untuk memperbaiki tindakan pada siklus II. Kemudian hasil tes pada siklus II dianalisis lagi. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui ada atau tidaknya peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas ..................SMP .................. setelah menerima pembelajaran dengan teknik latihan berjenjang.
3.6.2        Teknik Nontes
Teknik pengumpulan data nontes berupa observasi, jurnal, dan wawancara pada siklus I dan II. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap teknik latihan berjenjang yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa serta untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa dalam mengikuti pembelajaran. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data observasi digunakan untuk mengetahui perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Data nontes juga diperoleh dari jurnal siswa. Jurnal digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap materi dan cara penyampaian materi serta saran-saran untuk pembelajaran mendatang. Selain observasi dan jurnal, data nontes juga diperoleh dari wawancara.
3.7    Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik deskriptif prosentase dan teknik deskriptif kualitatif.
3.7.1 Teknik Deskriptif Prosentase
Teknik deskriptif prosentase dipakai untuk menganalisis data tes membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang, yaitu pada pretes, siklus I dan siklus II. Hasil tes dihitung secara prosentase dengan langkah-langkah yaitu, (1) merekap nilai yang diperoleh siswa, (2) menghitung nilai komulatif dari tiap-tiap siswa, (3) menghitung nilai rata-rata, dan (4) menghitung prosentase.
Prosentase keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa
=
Keterangan:
   = Jumlah nilai dalam satu kelas
n          = Nilai maksimal soal tes
S          = Banyaknya siswa dalam satu kelas
Hasil perhitungan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang dari masing-masing siklus ini kemudian dibandingkan. Pemerolehan hasil akan memberikan gambaran mengenai prosentase peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang.
3.7.2        Teknik Deskriptif Kualitatif
Teknik deskriptif kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil nontes. Hasil analisis data deskriptif  kualitatif digunakan untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dan sikap atau perilaku siswa setelah diadakan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Hasil ini dipakai sebagai dasar untuk menentukan siswa yang akan diwawancarai selain dari hasil nilai tes. Hasil wawancara tersebut dapat dipakai untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik latihan berjenjang dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dan mengetahui sikap atau perilaku siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Hasil analisis tersebut dipakai sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang dan perubahan sikap atau perilaku siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang.